Makalah
Mata
Kuliah : Pengemb. Kreativitas & Keberbakatan
Fakultas
Psikologi
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Depok
2017
Disusun
Oleh :
Muhammad
Alifka Akbar (14515496)
3PA08
DAFTAR
ISI
Contents
Secara
konvensional Kreativitas didefinisikan dengan pendekatan tiga P yaitu
pendekatan pribadi yang kreatif, proses kreatif, dan produk kreatif (Baron 1988
dalam Davis 1993: 39). Kemudian timbul pandangan baru yang menyatakan bahwa
pendekatan press, juga penting untuk memahami Kreativitas (Isaksen 1987; Mooney
1963; Taylor 1988 dalam Davis 1993: 39).
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk mengetahui teori yang melandasi
pengembangan/pembentukan pribadi kreatif.
Teori
yang melandasi pengembangan kreativitas dapat menjadi tiga yaitu :
a.
Teori Psikoanalisis
b.
Teori Humanistik
c.
Teori Czikszentmilhalyi
a.
Teori Psikoanalisis
Teori
psikoanalisis yang berkaitan dengan kreativitas ini dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
1.
Teori Freud
Freud
menjelaskan bahwa proses kreatif timbul dari mekanisme pertahanan (defence mechanism). Freud percaya bahwa
meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme
sublimasi (yaitu suatu bentuk pertahanan dengan melakukan perbuatan-perbuatan
mulia untuk menutupi kegagalan-kegagalan yang telah dilakukan) justru merupakan
penyebab utama timbulnya karya-karya kreatif. Misalnya kebutuhan seksual yang
tidak dapat dipenuhi (jadi merupakan kegagalan), maka terjadi sublimasi dan
sublimasi ini, merupakan awal dari imajinasi (Utami Munandar, 1999).
Macam
Mekanisme Pertahanan adalah :
a)
Represi, yaitu secara tidak sadar
melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
b)
Kompensasi, yaitu berusaha mengimbangi
ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar dengan menonjolkan pada hal
lain.
c)
Sublimasi, yaitu jika tidak mampu
memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas di bidang seni, misalnya
menjadi pemain biola.
d)
Rasionalisasi, yaitu menjadi percaya
bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya
adalah memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan
tiket untuk melihat pertandingan sepak bola kemudian mengatakan bahwa
sebenarnya ia tidak tertarik untuk pergi.
e)
Identifikasi, yaitu ingin menjadi
seperti seseorang dengan menerima stardar dan nilai orang itu menjadi standar
dan nilai diri sendiri.
f)
Introjeksi, yaitu menerima standar dan
nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
g)
Regresi, yaitu kembali ke perilaku yang
sebelumnya berhasil jika perilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis
ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru akan mengubah nilainya
h)
Proyeksi, yaitu menganggap seseorang
memiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya
terhadap dia.
i)
Pembentukan reaksi, yaitu pengalihan
impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya, misalnya apabila
seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian itu
menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut menampilkan perilaku
sayang atau kasih (cinta) untuk menyembunyikan rasa benci mereka
j)
Pemindahan, yaitu jika takut
mengungkapakn perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap
seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada
atasan, maka marah-marah pada anak.
k)
Kompartementalisasi, yaitu mempunyai dua
kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia
sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung, )Freud, S 1963. Introductory Lestures on Psychoanalysis dalam
Utami Munandar, 1999).
2.
Teori Ernst Kris
Ernst Kris (1900-1957)
menyatakan bahwa mekanisme pertahanan regresi sering memunculkan kreatif. Orang
yang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil”
bahan dari alam pikiran tidak sabar. Seseorang yang kreatif tidak mengalami
hambatan untuk bisa “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat
mempertahankan “sikap bermain” mengenai masalah-masalah serius dalam kehidupan.
Dengan demikian mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan
inovatif, melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression in the Survive of the Ego dalam Utami Munandar, 1999).
3.
Teori Carl Jung
Carl
Jung (1875-1967) percaya bahwa alam tidak sadar yang dalam hal ini
ketidaksadaran kolektif (yang merupakan hasil pengalaman yang sangat
berpengaruh dari nenek moyang, misalnya pengalaman traumatis akibat bencana
alam, kelaparan, atau peperangan yang dahsyat atau berkepanjangan, misalnya
gempa dan badai tsunami di Aceh) memainkan peranan yang amat penting dalam
pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari
ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni dan karya-karya
baru (Utami Munandar, 1999)
b.
Teori Humanistik
Teori
Humanistik melihat kreativitas sebagi hasil dari kesehatan psikologis tingkat
tinggi. Teori Humanistik meliputi :
1.
Teori Maslow
Abraham
Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri dasar yang menjadi
nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut meliputi :
a)
Kebutuhan fisik/biologis (phisically needs)
b)
Kebutuhan rasa aman (security needs)
c)
Kebutuhan cinta dan rasa dimiliki (love and belonging needs)
d)
Kebutuhan penghargaan dan harga diri (self-esteem needs)
e)
Kebutuhan aktualisasi/perwujudan diri (self-actualization needs)
f)
Kebutuhan estetika (esthetic needs)
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat kebutuhan pertama disebut kebutuhan
“deficiancy”. Dua kebutuhan
berikutnya yaitu aktualisasi diri dan estetika atau transendensi disebut
kebutuhan “being”. Apabila seorang
individu bebas dari neurosis, orang akan berusaha mengaktualisasikan dirinya
sehingga mampu memusatkan pada yang hakiki. Mereka dapat mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan
ilham (flash of insight) (Utami
Munandar, 1999).
2.
Teori Rogers
Carl
Rogers (1902-1987) menyatakan terdapat tiga kondisi internal pribadi yang
kreatif, yaitu :
a)
Keterbukaan terhadap pengalaman
b)
Kemampuan untuk menilai situasi sesuai
patokan pribadi seseorang (internal locus
of evaluation)
c)
Kemampuan untuk bereksperimen, untuk
“bermain” dengan konsep-konsep
Apabila
seseorang memiliki ketiga ciri ini maka kesehatan psikologisnya sangat baik.
Orang tersebut akan dapat berfungsi sepenuhnya dan menghasilkan karya-karya
kreatif, dan hidup secara kreatif apabila kondisi lingkungan mendukung. Ketiga
ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk berkreasi (Utami
Munandar, 1999).
c.
Teori Csikzenmihalyi
a)
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya
kreativitas adalah predisposisi genetis (genetic
predisposition). Contoh seorang yang sistem sensorinya peka terhadap warna
lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
b)
Minat pada usia dini pada ranah
tertentu.
Minat
menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu,
sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
c)
Akses terhadap suatu bidang (access to a domain)
Adanya
sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati,
sangat membantu pengembangan bakat.
d)
Access
to a field
Kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan tokoh-tokoh penting
dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan
kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam bidang yang diminati, sangat
penting untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting.
e)
Orang-orang kreatif ditandai adanya
kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap
situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya (Utami
Munandar, 1999)
Ciri-ciri kepribadian kreatif menurut
Csikzenmihalyi
Csikzenmihalyi
mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-akan
paradoksal tetapi saling terpada secara dialektis.
a)
Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi
fisik yang memungkinkan mereka dapat bekerja berjam-jam dengan konsentrasi
penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
b)
Pribadi kreatif cerdas dan cerdik tetapi
pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka nampak memiliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti
anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dengan
ketidakmatangan emosional dan mental. Mampu berpikir konvergen sekaligus
divergen.
c)
Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan
kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d)
Pribadi kreatif dapat berselang-seling
antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
e)
Pribadi kreatif menunjukkan
kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.
f)
Orang kreatif dapat bersikap rendah diri
dan bangga akan karyanya pada saat yang sama
g)
Pribadi kreatif menunjukkan
kecenderungan androgini psikilogis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari
strereotip gender (maskulin-feminin).
h)
Orang kreatif cenderung mandiri bahkan
suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan
konservatif.
i)
Kebanyakan orang kreatif sangat
bersemangat (passionate) bila
menyangkut karya mereka, tetapi juga objektif dalam penilaian karya mereka.
j)
Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang
kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada
saat yang sama ia merasa gembira yang luar biasa. (Utami Munandar, 1999).
Teori
yang melandasi pengembangan kreativitas dapat menjadi tiga yaitu :
a.
Teori Psikoanalisis
Berdasarkan
Teori Freud, Ernst, dan Jung kreativitas timbul dari mekanisme pertahanan (defence mechanism) dan alam tidak sadar
atau ketidaksadaran kolektif.
b.
Teori Humanistik
Berdasarkan
Teori Maslow dan Rogers kreativitas dapat timbul apabila memiliki tingkat
psikologis yang baik.
c.
Teori Czikszentmilhalyi
Berdasarkan
teori Czikszentmilhalyi kreativitas dapat timbul apabila pribadi memiliki kepekaan,
minat, akses terhadap suatu bidang, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi
serta mampu menyesuaikan diri dengan keadaan.
Basuki, A.M.H. (2005). Kreativitas,Keberbaktan
Intelektual dan Fator-faktor Pendukung dalam Pengembangannya. Jakarta :
Universitas Gunadarma