Selasa, 31 Oktober 2017

Teori yang Melandasi Pribadi Kreatif



Makalah
Mata Kuliah : Pengemb. Kreativitas & Keberbakatan
Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS GUNADARMA



Depok 2017
Disusun Oleh :
Muhammad Alifka Akbar (14515496)
3PA08




DAFTAR ISI
Contents




Secara konvensional Kreativitas didefinisikan dengan pendekatan tiga P yaitu pendekatan pribadi yang kreatif, proses kreatif, dan produk kreatif (Baron 1988 dalam Davis 1993: 39). Kemudian timbul pandangan baru yang menyatakan bahwa pendekatan press, juga penting untuk memahami Kreativitas (Isaksen 1987; Mooney 1963; Taylor 1988 dalam Davis 1993: 39).

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui teori yang melandasi pengembangan/pembentukan pribadi kreatif.


Teori yang melandasi pengembangan kreativitas dapat menjadi tiga yaitu :
a.       Teori Psikoanalisis
b.      Teori Humanistik
c.       Teori Czikszentmilhalyi

     a.       Teori Psikoanalisis
Teori psikoanalisis yang berkaitan dengan kreativitas ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1.      Teori Freud
Freud menjelaskan bahwa proses kreatif timbul dari mekanisme pertahanan (defence mechanism). Freud percaya bahwa meskipun kebanyakan mekanisme pertahanan menghambat tindakan kreatif, mekanisme sublimasi (yaitu suatu bentuk pertahanan dengan melakukan perbuatan-perbuatan mulia untuk menutupi kegagalan-kegagalan yang telah dilakukan) justru merupakan penyebab utama timbulnya karya-karya kreatif. Misalnya kebutuhan seksual yang tidak dapat dipenuhi (jadi merupakan kegagalan), maka terjadi sublimasi dan sublimasi ini, merupakan awal dari imajinasi (Utami Munandar, 1999).
Macam Mekanisme Pertahanan adalah :
a)      Represi, yaitu secara tidak sadar melupakan pengalaman yang tidak menyenangkan untuk diingat.
b)      Kompensasi, yaitu berusaha mengimbangi ketidakmampuan yang dilakukan secara tidak sadar dengan menonjolkan pada hal lain.
c)      Sublimasi, yaitu jika tidak mampu memenuhi dorongan seks, mengimbangi dengan kreativitas di bidang seni, misalnya menjadi pemain biola.
d)     Rasionalisasi, yaitu menjadi percaya bahwa suatu kondisi yang bertentangan dengan apa yang diinginkan sesungguhnya adalah memang hal yang diinginkan, misalnya karena tidak berhasil mendapatkan tiket untuk melihat pertandingan sepak bola kemudian mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak tertarik untuk pergi.
e)      Identifikasi, yaitu ingin menjadi seperti seseorang dengan menerima stardar dan nilai orang itu menjadi standar dan nilai diri sendiri.
f)       Introjeksi, yaitu menerima standar dan nilai seseorang karena takut untuk tidak sependapat dengan dia.
g)      Regresi, yaitu kembali ke perilaku yang sebelumnya berhasil jika perilaku saat ini tidak berhasil, misalnya menangis ketika mendapat nilai rendah dengan harapan guru akan mengubah nilainya
h)      Proyeksi, yaitu menganggap seseorang memiliki perasaan terhadap seseorang yang sebaliknya dari perasaan sesungguhnya terhadap dia.
i)        Pembentukan reaksi, yaitu pengalihan impuls yang menimbulkan kecemasan ke impuls lawannya, misalnya apabila seseorang merasa benci atau dendam pada orang lain dan kebencian itu menimbulkan kecemasan pada dirinya, maka orang tersebut menampilkan perilaku sayang atau kasih (cinta) untuk menyembunyikan rasa benci mereka
j)        Pemindahan, yaitu jika takut mengungkapakn perasaan terhadap seseorang, perasaan itu diungkapkan terhadap seseorang yang kurang kuasa, misalnya karena takut menyatakan kemarahan kepada atasan, maka marah-marah pada anak.
k)      Kompartementalisasi, yaitu mempunyai dua kepercayaan yang saling bertentangan pada saat yang sama, misalnya meskipun ia sebetulnya bodoh, tetapi ia pintar berhitung, )Freud, S 1963. Introductory Lestures on Psychoanalysis dalam Utami Munandar, 1999).
2.      Teori Ernst Kris
Ernst Kris (1900-1957) menyatakan bahwa mekanisme pertahanan regresi sering memunculkan kreatif. Orang yang kreatif menurut teori ini adalah mereka yang paling mampu “memanggil” bahan dari alam pikiran tidak sabar. Seseorang yang kreatif tidak mengalami hambatan untuk bisa “seperti anak” dalam pemikirannya. Mereka dapat mempertahankan “sikap bermain” mengenai masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian mereka mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif, melakukan regresi demi bertahannya ego (Regression in the Survive of the Ego dalam Utami Munandar, 1999).
3.      Teori Carl Jung
Carl Jung (1875-1967) percaya bahwa alam tidak sadar yang dalam hal ini ketidaksadaran kolektif (yang merupakan hasil pengalaman yang sangat berpengaruh dari nenek moyang, misalnya pengalaman traumatis akibat bencana alam, kelaparan, atau peperangan yang dahsyat atau berkepanjangan, misalnya gempa dan badai tsunami di Aceh) memainkan peranan yang amat penting dalam pemunculan kreativitas tingkat tinggi. Dari  ketidaksadaran kolektif ini timbul penemuan, teori, seni dan karya-karya baru (Utami Munandar, 1999)

b.      Teori Humanistik
Teori Humanistik melihat kreativitas sebagi hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Teori Humanistik meliputi :
1.      Teori Maslow
Abraham Maslow (1908-1970) berpendapat manusia mempunyai naluri dasar yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut meliputi :
a)      Kebutuhan fisik/biologis (phisically needs)
b)      Kebutuhan rasa aman (security needs)
c)      Kebutuhan cinta dan rasa dimiliki (love and belonging needs)
d)     Kebutuhan penghargaan dan harga diri (self-esteem needs)
e)      Kebutuhan aktualisasi/perwujudan diri (self-actualization needs)
f)       Kebutuhan estetika (esthetic needs)
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mempunyai urutan hierarki. Keempat kebutuhan pertama disebut kebutuhan “deficiancy”. Dua kebutuhan berikutnya yaitu aktualisasi diri dan estetika atau transendensi disebut kebutuhan “being”. Apabila seorang individu bebas dari neurosis, orang akan berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga mampu memusatkan pada yang hakiki. Mereka dapat mencapai “peak experience” saat mendapat kilasan ilham (flash of insight) (Utami Munandar, 1999).
2.      Teori Rogers
Carl Rogers (1902-1987) menyatakan terdapat tiga kondisi internal pribadi yang kreatif, yaitu :
a)      Keterbukaan terhadap pengalaman
b)      Kemampuan untuk menilai situasi sesuai patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)
c)      Kemampuan untuk bereksperimen, untuk “bermain” dengan konsep-konsep
Apabila seseorang memiliki ketiga ciri ini maka kesehatan psikologisnya sangat baik. Orang tersebut akan dapat berfungsi sepenuhnya dan menghasilkan karya-karya kreatif, dan hidup secara kreatif apabila kondisi lingkungan mendukung. Ketiga ciri atau kondisi tersebut juga merupakan dorongan dari dalam (internal press) untuk berkreasi (Utami Munandar, 1999).

c.       Teori Csikzenmihalyi
a)      Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas adalah predisposisi genetis (genetic predisposition). Contoh seorang yang sistem sensorinya peka terhadap warna lebih mudah menjadi pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
b)      Minat pada usia dini pada ranah tertentu.
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai kemahiran dan keunggulan kreativitas.
c)      Akses terhadap suatu bidang (access to a domain)
Adanya sarana dan prasarana serta adanya pembina/mentor dalam bidang yang diminati, sangat membantu pengembangan bakat.
d)     Access to a field
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sejawat dan tokoh-tokoh penting dalam bidang yang digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam bidang yang diminati, sangat penting untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang-orang penting.
e)      Orang-orang kreatif ditandai adanya kemampuan mereka yang luar biasa untuk menyesuaikan diri terhadap hampir setiap situasi dan untuk melakukan apa yang perlu untuk mencapai tujuannya (Utami Munandar, 1999)

Ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Csikzenmihalyi
       Csikzenmihalyi mengemukakan 10 pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakan-akan paradoksal tetapi saling terpada secara dialektis.
a)      Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka dapat bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya.
b)      Pribadi kreatif cerdas dan cerdik tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. Mereka nampak memiliki kebijaksanaan (wisdom) tetapi kelihatan seperti anak-anak (child like). Insight mendalam nampak bersamaan dengan ketidakmatangan emosional dan mental. Mampu berpikir konvergen sekaligus divergen.
c)      Ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi sikap bermain dan disiplin.
d)     Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas.
e)      Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi.
f)       Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama
g)      Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikilogis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari strereotip gender (maskulin-feminin).
h)      Orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang, tetapi di lain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif.
i)        Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga objektif dalam penilaian karya mereka.
j)        Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering menderita, jika mendapat banyak kritik dan serangan, tetapi pada saat yang sama ia merasa gembira yang luar biasa. (Utami Munandar, 1999).




Teori yang melandasi pengembangan kreativitas dapat menjadi tiga yaitu :
a.       Teori Psikoanalisis
Berdasarkan Teori Freud, Ernst, dan Jung kreativitas timbul dari mekanisme pertahanan (defence mechanism) dan alam tidak sadar atau ketidaksadaran kolektif.
b.      Teori Humanistik
Berdasarkan Teori Maslow dan Rogers kreativitas dapat timbul apabila memiliki tingkat psikologis yang baik.
c.       Teori Czikszentmilhalyi
Berdasarkan teori Czikszentmilhalyi kreativitas dapat timbul apabila pribadi memiliki kepekaan, minat, akses terhadap suatu bidang, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi serta mampu menyesuaikan diri dengan keadaan.

DAFTAR PUSTAKA


Basuki, A.M.H. (2005). Kreativitas,Keberbaktan Intelektual dan Fator-faktor Pendukung dalam Pengembangannya. Jakarta : Universitas Gunadarma










Selasa, 17 Oktober 2017

Keberbakatan



Makalah
Mata Kuliah : Pengemb. Kreativitas & Keberbakatan
Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS GUNADARMA


Depok 2017
Disusun Oleh :
Muhammad Alifka Akbar (14515496)
3PA08


DAFTAR ISI


DAFTAR ISI. 2
I.      PENDAHULUAN.. 3
A.     Latar Belakang. 3
B.     Tujuan. 3
II.     TEORI – TEORI. 4
A.     Pengertian Keberbakatan. 4
B.     Hubungan Keberbakatan dan Kreativitas. 4
C.     Ciri-ciri Anak Berbakat. 4
D.     Kurikulum Berdiferensiasi 6
1.      Pengertian. 6
2.      Kegunaan. 6
3.      Perbedaan dengan kurikulum umum.. 6
III.       ANALISIS. 7
DAFTAR PUSTAKA.. 8



Terdapat dua paradigma yang mewarnai praksis pendidikan Indonesia, terutama di sekolah dasar dan menengah. Paradigma pertama berpandangan bahwa peserta didik perlu dibekali dengan materi pengetahuan sebanyak-banyaknya. Tekanan pembelajaran lebih pada banyaknya atau luasnya pengetahuan, bukan pada pengembangan potensi siswa melalui proses penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang diperoleh dari materi pelajran yang diberikan guru.
Paradigma keduan berpandangan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik dengan cara membekali peserta didik dengan keterampilan memproses pengetahuan untuk menguasainya dan memiliki keterampilan hidup. Keterampilan hidup yang dimaksud adalah keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari maupun keterampilan yang diperlukan untuk belajar dijenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian keberbakatan, hubungan keberbakatan dan kreativitas, ciri-ciri anak berbakat, pengertian kurikulum berdiferensiasi, keguanan dan perbedaan denagn kurikulum umum.





Hagen dan Hollingworth (dalam Hawadi 2002) membedakan antara gifted dan talented. Gifted ditunjukan pada individu yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedangkan talented  ditunjukkan pada individu yang memiliki kemampuan unggul dibidang seni, musik dan drama.
Pandangan yang mempersepsikan keberbakatan tidak hanya dari satu segi saja yaitu kemampuan intelektual tetapi juga dari segi lain atau kemampuan-kemampuan lain misalnya kreativitas, seni, olahraga, dan lain-lain.
Konsepsi Renzulli yang terkenal dengan nama “Three Ring Conception” menyatakan bahwa keberbaktan merupakan keterpaduan yang bersinergi antara inteligensi (diatas rata-rata/IQ >120), kreativitas yang tinggi dan pengikatan diri terhadap tugas (task commotment).
Ciri-ciri anak berbakatyang telah disusun oleh Utami Manandar berdasarkan Kuesioner Penilaian Ciri-ciri Anak berbakat yang diisi oleh Guru Kelas pada tahun 1982 yaitu :
a.       Ciri-ciri Intelektual
·         Mudah menangkap pelajaran
·         Ingatan baik
·         Perbendaharaan kata luas
·         Penalaran tajam
·         Daya konsentrasi baik
·         Senang dan sering membaca
·         Ungkapan diri lancar dan jelas
·         Pengamatan yang cermat
·         Senang mempelajari kamus, peta, ensiklopedia
·         Cepat memecahkan soal
·         Cepat menemukan kekeliruan
·         Cepat menemukan asas dalam suatu uraian
·         Mampu membaca pada usia lebih muda
·         Daya abstraksi tinggi
·         Selalu sibuk menangani berbagai hal
b.      Ciri-ciri Kreativitas
·         Dorongan ingin tahu besar
·         Sering mengajukan pertanyaan yang baik
·         Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
·         Bebas dalam menyatakan pendapat
·         Mempunyai pendapat sendiri dan mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
·         Rasa humor tinggi
·         Daya imajinasi kuat
·         Keaslian tinggi
·         Dapat bekerja sendiri
·         Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan
c.       Ciri-ciri Motivasi
·         Tekun menghadapi tugas
·         Ulet menghadapi kesulitan
·         Tidak memerlukan dorongan dari pihak luar untuk berprestasi
·         Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan kepadanya
·         Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin
·         Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”
·         Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-tugas rutin
·         Dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya
·         Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang
·         Senang mencari dan memecahkan soal-soal
Kurikulum berdiferensiasi yaitu kurikulum yang berbeda dengan kurikulum umum (kurikulum nasional).
Kurikulum berdifernsiasi diarahkan untuk mengembangkan fungsi belahan otak kanan, dengan pengalaman belajar yang dirancang secara khusus agar tujuannya yaitu pengembangan keberbakatan dapat tercapai secara optimal.
Kurikulum umum mencakup berbagi pengalaman belajar secara komprehensif dalam kaitan dengan tujuan belajar tertentu, dengan mengembangkan kontennya sesuai dengan kepentingan perkembangan populasi sasaran tertentu. Kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat terutama mengacu pada penanjakan (eskalasi) kehidupan mental melalui berbagai program yang menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi (Semiawan, 1997).




Keberbakatan dibedakan menjadi gifted dan talented. Keberbakatan dan kreativitas saling berkaitan satu sama lain, karena kreativitas merupakan bagian dari keberbakatan. Ciri-ciri anak berbakat terdiri dari ciri intelektual, ciri kreativitas dan ciri motivasi.
Kurikulum berdiferensiasi merupakan kurikulum yang berbeda dari kurikulum umum. Fungsi kurikulum berdiferinsiasi untuk mengembangkan fungsi belahan otak kanan. Kurikulum umum mengembangkan kontennya sesuai dengan kepentingan perkembangan populasi sasaran tertentu. Kurikulum berdiferensiasi mengacu pada penanjakan (eskalasi) kehidupan mental






Basuki, A.M.H. (2005). Kreativitas,Keberbaktan Intelektual dan Fator-faktor Pendukung dalam Pengembangannya. Jakarta : Universitas Gunadarma

Tutorial membuat lentera

                                                              Lampu Lentera BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang           ...